Search This Blog

Saturday, June 6, 2009

Bayi Telan Peniti Tersangkut di Tenggorokan Selamat

Keceriaan mulai terlihat dari raut wajah Andini, balita usia 7 bulan asal Lontong Pancur, Pangkalbalam, Pangkalpinang, Selasa (2/6). Walau masih terbaring di ruang ICU Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, sesekali Andini berusaha menggerakkan tangannya. Sementara selang pernapasan masih menancap di lubang hidung. Putri pertama pasangan Sari dan Madon ini sudah ingin bermain setelah dokter RSCM berhasil mengeluarkan peniti yang tertelan dan menancap di tenggorokannya.

Meski kondisinya mulai membaik, Andini masih harus menunggu masa observasi selama kurang lebih dua hari lagi untuk bisa pulang. Tim dokter anak yang menangani Andini harus memastikan tidak ada pembengkakan akibat tusukan kancing peniti yang tadinya bersarang di tenggorokan balita satu ini.

“Kalau tidak terjadi pembengkakan, Andini sudah boleh pulang. Jadi kita masih menunggu dua hari untuk observasi,” ungkap Sari, ibu Andini, saat ditemui Grup Bangka Pos di ruang tunggu ICU Anak, RSCM, Jakarta, Selasa (2/6) siang.

Andini tidak sengaja menelan kancing peniti. Benda tajam dalam kondisi terbuka itu masuk ke tenggorokan, kemudian tersangkut dan mengendap di enggorokannya selama kurang lebih tiga hari. Berdasarkan hasil rontgen, peniti itu menusuk tenggorokan Andini.

Sari mengatakan kejadian itu bermula saat Andini berhasil melepas penangkal (sejenis jimat) yang menempel di bajunya pada Jumat (29/5) sekitar pukul 10.00 WIB. Waktu itu Andini baru saja berbaring di tempat tidur. “Baru saja saya tinggal sebentar. Paling cuma lima menit,” kata Sari.

“Penangkal itu menurut kepercayaan orang-orang dulu untuk mengusir roh jahat dari anak saya. Penangkal ditempelkan di baju pakai peniti kecil,” tambah Sari.
Andini meraih penangkal yang ada di bahu kirinya dengan tangan. Penangkal itu terlepas berikut kancing peniti. Andini kemudian mengemutnya sehingga peniti terlepas dan tertelan.

“Kan biasa kalau anak umur segitu suka ngemut barang-barang yang dipegangnya. Kita enggak nyangka peniti itu bisa lepas dan tertelan,” tutur Sari.

Kepanikan melanda Sari dan Madon serta keluarganya yang tinggal tidak jauh dari kediaman mereka di Kelurahan Lontong Pancur. Termasuk kakak Madon yang segera datang ke rumah adiknya. “Semuanya nangis. Dan setelah itu Andini langsung kita bawa ke rumah sakit,” kata Sari.

“Awalnya kita tidak tahu kalau Andini menelan peniti. Kita panik waktu Andini seperti sesak nafas gitu. Dan saya baru tahu dia menelan peniti waktu Andini muntah, trus saya lihat penangkalnya sudah enggak ada. Andini langsung dibawa ke puskesmas dan dirujuk ke RSUD di sana,” lanjutnya.

Keberadaan peniti dipastikan lewat hasil rontgen di RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang. Di hari yang sama, dokter RSUD ingin segera merujuk Andini ke RSCM. Hanya saja, Sari dan Madon tidak memiliki ongkos ke Jakarta.

Pasangan tanggungan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) itu lalu mencoba pengobatan alternatif. Puluhan dukun di seputar Pangkalpinang didatanginya.

“Tapi tidak ada perubahan. Malah badan Andini panas pada malam hari. Saat itu juga Andini langsung kita bawa lagi ke RSUD. Setelah diinfus, panasnya turun dan Andini bisa terlelap,” jelas Sari.

Andini baru diterbangkan ke Jakarta pada Senin (1/6). Dia harus menunggu permasalahan administrasi Jamkesmas sebelum menumpang pesawat udara menuju Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Keberangkatan Andini juga berkat seorang dermawan yang memberikan biaya perjalanan. Sementara untuk pengobatannya, Andini ditanggung Jamkesmas.

Andini tiba di RSCM pada Senin (1/6) petang. Dia pun mendapat perawatan. Sekitar pukul 23.00 WIB, Andini masuk ruang operasi.

Sari sempat kembali meneteskan airmata saat mendengar penjelasan dokter sebelum operasi dimulai.

“Dokter bilang kalau peniti itu tidak bisa diambil dari mulut maka terpaksa harus dibedah. Kalau dibedah, kemungkinannya Andini bisa meninggal. Mendengar itu saya nangis lagi,” kata Sari yang ditemani seorang perawat dari RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang.

Sari baru bernafas lega setelah operasi selesai dalam jangka waktu dua jam. Tim dokter berhasil mengangkat peniti lewat mulut Andini. “Tidak ada dampak lain dari operasi itu.

Dokter memang sempat bilang kalau suara Andini mungkin agak-agak serak, tapi itu akan hilang dalam beberapa hari. Sekarang dokter lagi memantau bekas luka dari tusukan peniti di tenggorokannya. Kalau tidak ada pembekakan, Andini bisa pulang,” pungkas Sari.

Related Post by Categories



0 komentar:

Translation code

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Navigasi

My contact


Your Name
Your Email Address
Subject
Message
Image Verification
Please enter the text from the image
[ Refresh Image ] [ What's This? ]


"Award My Family In Diary"

Check Page Rank of any web site pages instantly:
This free page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service